Monday, January 14, 2008

Begitukah sikap Banjar Malaysia?

Baru-baru ini telah berkunjung ke rumah saya seorang dosen muda keturunan Banjar yang berasal dari Kalsel. Dia datang ke Malaysia untuk mengikuti program Sarjana (S2) di Fakulti Undang-Undang Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

Dia masih mempunyai keluarga di Malaysia, antaranya di Setiawangsa,Kuala Lumpur, dan juga seorang menteri kerajaan Pusat yang pangkat sepupu kepadanya. Oleh itu, sesampainya dia ke Malaysia dia telah berkunjung dan bersilaturrahmi kepada keluarganya itu.

Akan tetapi, dia nampaknya mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan. Dia merasa semacam tidak dipedulikan. Keluarganya itu mungkin menganggap dia sama seperti TKI yang datang dari Indonesia!

Sebagai seorang keturunan Banjar, saya merasa tersentuh dan merasa bersalah dengan pengalamannya yang tidak menyenangkan itu. Saya tertanya-tanya mengapa orang Banjar Malaysia melayan keluarganya yang datang dari Banua seperti itu?

Saya harap sikap seperti itu bukan merupakan sikap umum orang Banjar di Malaysia. Jika ada yang bersikap seperti itu memang saya sesali, tapi saya harap juga tidak menggambarkan sikap orang Banjar Malaysia pada keseluruhannya

2 comments:

Borneo Press said...

Saya kira tentu tak semua orang banjar malaysia bersikap begitu. Suatu ketika saya baelang ke rumah seorang mantan dosen UKM, dia sangat senior dan dihormati.
Saya berkenalan dengannya hanya dari email, setelah ia membaca tulisan saya di banjarmasinpost,lalu suatu saat saya bertandang ke rumahnya. Kami tak ada hubungan darah, namun dia menyambut saya dengan hanyat. Menuangkan "banyu limau", mengambilkan soto yang dimasak istrinya yang kemudian saya santap dengan lahap, sebab memang saya merasa agak lapar.
Itulah gambaran per-kulaan Banjar Malaysia dengan Banjar "tulen". Perkulaan seorang Doktor senior dengan saya yang hanya dosen muda.
Maka dari itu, jika masih ada orang yang sesungguhnya memiliki tali kekerabatan dan dicoba disambung dengan kedatangan keluarganya dari Banjar ke Malaysia, namun mereka tak mengindahkannya. Maka saya bertanya masih banggakah mereka dengan "ke-Banjarannya"??
Semoga tak terjadi pada kulaan yang lain

samad said...

Jangan jara dengan pengalaman yang sebegitu, kita ni manusia yang punya satu hati tapi punya sejuta rasa dan sifatnya, pasti ada yang kurang sikap pedulinya tapi bagi saya banjar itu adalah kulaan walau dari mana pun asalnya